Curhat ah…..
Asli,..saya ini termasuk yang criiing perasaannya ketika
baca komentar tentang hebatnya Ibu-ibu
yang di rumah saja. Baik kata-kata redaksi sendiri atau kopi paste tokoh. Baik
dari asli yg belum pernah kerja (asli dari awal Full Time Mother) atau dulunya di dunia karier, oleh sebab
kondisinya kemudian memilih di rumah saja.
Dalam benakku, komentar-komentar itu malah mengarah pada,
seakan-akan Ibu-Ibu yang karier di luar rumah itu adalah Ibu-Ibu yang menelantarkan
rumah tangganya, anak-anaknya, dan juga suaminya
Seakan-akan yang ibu-ibu yang berkarir di luar rumah itu
yang mata duitan. Yang tidak qonaah dengan nafkah pasangan
Intinya…berkarier itu tidak baik. Yang baik itu yang di rumah. Seakan mereka yang dirumah itu lebih
baik dari yang berkarier.
Seakan anak-anaknya lebih terurus dan mendapatkan segalanya
lebih baik dan suaminya terservise dengan baik
Sebel ? Pastiiiiii..
Pi ya gimana lagi, coba ?
Sebel aja bawaannya…trus, jadi ga semood dulu lagi
pertemanannya. Tidak menarik kan menjadikan seseorang sahabat tapi dia punya
sikap merendahkan kita.
(Trus , syetan tuh
nambah niupin hawa panaaaassss)
Memangnya Ibu-ibu itu bisa tenang apa, kalo temen suami
kebanggaannya itu semua wanita-wanita yang genit, centil, ayu, wangi, tapi suka
tebar pesona dan menggoda ?
Apa dipikirnya dia bisa brnapas dengan tenang begithu, Apa
dikira suaminya itu makluk langka tanpa nafsu begithu ?
Memangnya sithu punya kapasitas masuk dunia ini ?
Bilang aja sedang menghibur diri, karena bisanya cuma itu
yang bisa dilakukan.
Kondisi ente beda kali..
Bla…bla..bla…makin jengkel tentunya juga pikiran bantahan
yang keluar makin ganas. Gila malah. Hos..hos..hos..sampek megap2 saking
emosinya.
Tenang…tenang..tenaaaang…(perintah
otak warasnya)
Tidak dipungkiri, Ibu FTM memang punya lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak ,
suami dan Rumah Tangganya.
Juga masalah kuantitas juga penting disamping kualitas
tentunya.
Ga perlu dibantahlah..wong fakta itu hitam di atas putih
kok. Bodho kalau mau ngotot ngebantahnya.
Jadi ya, memang harus tahu dirilah kita-kita yang ngarier
ini..
Karena kuantitas pertemuan kurang, kualitas lah yang kita
genjot gila-gilaan. Gunakan semua sumber daya yang ada untuk membangun hubungan
dengan suami dan anak-anak supaya lubang
yang kita buat bisa ditutupi.
Keluarnya kita dari rumah..juga ga mengurangi hak anak. Kita
tidak usah menghibur diri menutupi kelemahan yang ada.
Saat anak-anak kecil misalnya. Kita memang harus lebih extra
berjuang tuk stok ASI demi anak-anak kita. Jadi pejuang ASIP. Anak-anak harus mendapatkan haknya mendapatkan ASI exclusive 6 bulannya dan ASI
lanjutan sampai 2 tahun. Susah ? capek ? ya resiko..wong kita dah memilih peran
kita sendiri kok.
Anakanak usahakan untuk bisa memulai mengeja a b c d dan a ba
ta tsa dari kita. Semua aktifitas anak adalah dalam pantauan kita. Itu memang
tugas kita. Ibu mereka, Seseorang yg layak dihormati tiga kali lebih tinggi
daripada Ayahnya
Soal gizi keluarga, masakan dan apapun yang masuk ke perut
mereka adalah tanggungjawab kita. Kita sebagai Ibunya. Seseorang yang ingin,
anak-anak itu bisa menjadi amal sholih yang tidak pernah putus sampai
akhirat kelak.
Pada pasangan pun, Allah telah mengatur kewajiban kita
sebagai istri. Kita tinggal taat mematuhi rambu-rambNya. Semua yang kita
lakukan di luar rumah harus atas ijinnya dan ridhonya.
Kalau sudah ditenang..tenangkan..kipas..kipas… adem juga
Pada akhirnya, daripada nerusin jengkelnya..mending
konsentrasi ma diri sendiri aja. Biar sukses jadi Happy mom, Happy wife dan jadi
hamba Allah yang diridhoiNya. Daaaan..masuk surgaaaaaaa….:D
Wallahu’allam bishowab..
*tidak peduli FTM atau ibu yang nyambi ngarier,
yang paling sukses adalah Ibu yang bisa mencetak generasi Robbani. Yg bisa mendidik anak2nya menjadi anak2 yang sholih dan sholihah.
Istri yang sukses adalah yang bisa mendampingi pasangannya sampai ke SurgaNya.
Selebihnya ? Nol Besaaar...
*21-12-2012..mejakantorkppstbd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar